Review Hasil Hunting Akhir Tahun 2012

Tahun 2012 sudah lama berlalu, namun izinkanlah penulis bercerita sedikit tentang hunting yang penulis lakukan menjelang akhir tahun. Kawasan jalur selatan dan perbukitan Menoreh tidak akan ada habisnya untuk dieksplorasi sebagai objek foto, apalagi di pagi hari yang cerah. Cuaca yang sejuk, penduduk sekitar yang ramah, serta pemandangan yang asri, sangat mendukung bagi mereka yang suka hunting foto suasana pagi. Berikut ini review hasil hunting sepanjang 2012, selamat menikmati…

Image

Mengayuh sepeda bersama, mengejar cita – cita. Foto di jalur selatan Brosot, Kulon Progo, 18 Desember 2012.

 Image

Mengayuh sepeda ke sawah. Foto di jalur selatan Brosost, Kulon Progo, 18 Oktober 2012.

Image

Sumber penghidupan bagi sawah – sawah di sekitarnya. Foto di jalur selatan Brosot, Kulon Progo, 18 Desember 2012.

Image

Hamparan sawah yang menghijau, bagai permadani di kaki langit. Foto di jalur selatan Brosot, Kulon Progo, 18 Desember 2012.

Image

Siluet Merbabu dan Merapi yang tampak mesra. Foto di jalur selatan Brosot, Kulon Progo, 18 Desember 2012.

Image

Siluet perbukitan Menoreh yang tampak gagah. Foto di jalur selatan Brosot, Kulon Progo, 18 Desember 2012.

Image

Pasukan bebek yang sedang mengeringkan badan setelah mandi. Foto di jalur selatan Brosot, 18 Desember 2012.

Image

Ramai – ramai menuai padi. Foto di jalur selatan Brosot, Kulon Progo, 18 Desember 2012.

Itu tadi beberapa hasil hunting di jalur selatan Brosot, Kulon Progo. Sekarang, kita melangkah ke perbukitan Menoreh. Walau cuaca agak mendung dan berkabut, tetap tidak mengurangi keindahan wilayah yang ada di sekitarnya. Ini dia…

Image

Menembus rimbunnya hutan, mengejar cita – cita. Foto di pegunungan Menoreh, Kulon Progo, 19 Desember 2012.

Image

Melangkah bersama, menggapai cerahnya masa depan. Foto di perbukitan Menoreh, Kulon Progo, 19 Desember 2012.

Image

Barisan sengon yang rimbun dan gagah. Foto di pegunungan Menoreh, Kulon Progo, 19 Desember 2012.

Image

Gunung Sumbing dan Sindoro, di balik rimbunnya hutan. Foto di pegunungan Menoreh, Kulon Progo, 19 Desember 2012.

Image

Kebun teh di dekat kawasan puncak Suroloyo. Foto di wilayah pegunungan Menoreh, Kulon Progo,19 Desember 2012.

Image

Perkebunan teh di dekat Suroloyo yang diselimuti kabut. Foto di wilayah pegunungan Menoreh, Kulon Progo, 19 Desember 2012.

Demikianlah sebagian dari hasil hunting jelang akhir tahun 2012 yang dapat penulis bagikan untuk para pembaca. Jika ada kesalahan dalam penyebutan lokasi, mohon dibetulkan, karena huntingnya juga sudah lama sekali…

Terima kasih…

Jelang Senja di Jalur Selatan

Suasana senja di jalur selatan, tepatnya di wilayah Lendah, Kulon Progo, memang sayang untuk dilewatkan. Bagi kebanyakan orang, suasana senja terasa biasa – biasa saja, namun senja yang indah sungguh sayang untuk tidak dikagumi keindahannya, apalagi bila kita berada di wilayah pedesaan yang tenang, seperti di sekitar jalur selatan Jogja ini. Berikut foto – fotonya.

Shaun dan teman - temannya sedang asyik makan sore.

Shaun dan teman – temannya sedang asyik makan sore. Foto di jalur selatan Lendah, Kulon Progo, 31 Oktober 2012.


Jalur selatan yang sepi dan lengang.

Jalur selatan yang sepi dan lengang.Foto di jalur selatan Lendah, Kulon Progo, 31 Oktober 2012.


Pasukan bebek sedang asyik mandi sore sebelum pulang ke kandang.

Pasukan bebek sedang asyik mandi sore sebelum masuk kandang. Foto di jalur selatan Lendah, Kulon Progo, 31 Oktober 2012.


Matahari tertutup awan mendung.

Matahari tertutup awan mendung. Foto di jalur selatan Lendah, Kulon Progo, 31 Oktober 2012.


Matahari di antara barisan awan.

Matahari di antara barisan awan. Foto di jalur selatan Lendah, Kulon Progo, 31 Oktober 2012.


Seorang petani yang baru saja pulang dari sawah.

Seorang petani baru saja pulang dari sawah. Foto di jalur selatan Lendah, Kulon Progo, 31 Oktober 2012.


Menjelang matahari terbenam.

Menjelang matahari terbenam. Foto di jalur selatan Lendah, Kulon Progo, 31 Oktober 2012.


Menjelang matahari terbenam (dari jauh).

Menjelang matahari terbenam (dari jauh). Foto di jalur selatan Lendah, Kulon Progo, 31 Oktober 2012.


Langit senja yang indah di jalur selatan.

Langit senja yang indah di jalur selatan. Foto di jalur selatan Lendah, Kulon Progo, 31 Oktober 2012.


Beberapa remaja asyik nongkrong di atas jembatan bersama teman - teman sebayanya.

Remaja setempat yang asyik berkumpul bersama teman – teman sebayanya. Foto di jalur selatan Lendah, Kulon Progo, 31 Oktober 2012.


Beberapa warga lokal yang lewat di jalur selatan.

Warga setempat yang lewat di jalan dekat sawah. Foto di jalur selatan Lendah, Kulon Progo, 31 Oktober 2012.


Matahari terbenam di balik awan.

Matahari terbenam di balik awan. Foto di jalur selatan Lendah, Kulon Progo, 31 Oktober 2012.


Seorang bapak yang lewat, kelihatannya mau ke masjid untuk shalat Maghrib.

Seorang bapak yang lewat, hendak ke masjid untuk melaksanakan shalat Maghrib. Foto di jalur selatan Lendah, Kulon Progo, 31 Oktober 2012.


Matahari bersiap - siap masuk ke peraduannya.

Matahari bersiap menuju ke peraduannya. Foto di jalur selatan Lendah, Kulon Progo, 31 Oktober 2012.


Kala sang surya telah terbenam.

Kala sang surya tenggelam. Foto di jalur selatan Lendah, Kulon Progo, 31 Oktober 2012.


Pucuk pohon kelapa tertiup angin sore yang sejuk.

Angin sore yang sejuk. Foto di jalur selatan Lendah, Kulon Progo, 31 Oktober 2012.


Demikianlah suasana senja di jalur selatan Jogja yang sungguh indah. Sawah yang menghijau, pohon – pohon kelapa yang tinggi, dan angin sore yang sejuk menambah indahnya suasana sore di jalur selatan saat itu. Pembaca sekalian, mohon kritik dan sarannya ya…

Pagi yang Cerah

Suasana pagi yang cerah di wilayah Jogja memang sayang untuk dilewatkan, apalagi bila kita berada di wilayah pedesaan atau pegunungan. Mungkin bagi orang lain, suasana pagi terasa biasa – biasa saja, tidak ada yang istimewa. Namun sesungguhnya, ada keindahan tersendiri di balik suasana pagi yang cerah tersebut. Berikut gambar – gambar suasana pagi yang terekam kamera penulis di wilayah perbukitan Menoreh.

Sawah yang menunggu petani penggarapnya.

Sawah yang menunggu kehadiran petani penggarapnya. Foto di jalan raya Kalibawang, 30 Oktober 2012.


Lembayung sutra di ufuk mulai bercahya.

Lembayung sutra di ufuk mulai bercahya. Foto di jalan raya Kalibawang, 30 Oktober 2012.


Embun pagi yang menyelimuti pucuk - pucuk tanaman.

Embun pagi yang menyelimuti pucuk – pucuk tanaman. Foto di jalan raya Kalibawang, 30 Oktober 2012.


Gunung Merbabu dan gunung Merapi dari jauh.

Gunung Merbabu dan Gunung Merapi dari jauh. Foto dari jalan raya Kalibawang, 30 Oktober 2012.


Sang mentari bangun dari tidurnya.

Sang mentari bangun dari tidurnya. Foto di bendungan Ancol Kalibawang, 30 Oktober 2012.


Kanal yang mengalir tenang di pagi hari.

Kanal yang mengalir tenang di pagi hari. Foto di bendunga Ancol Kalibawang, 30 Oktober 2012.


Seorang ibu melintas di bendungan Ancol, bersiap untuk bekerja.

Seorang ibu melintas di bendungan Ancol, bersiap untuk bekerja. Foto di bendungan Ancol, 30 Oktober 2012.


Gunung Merapi.

Gunung Merapi. Foto di jalan menuju puncak Suroloyo, 30 Oktober 2012.


Pemandangan Gunung Merapi dari kejauhan.

Pemandangan gunung Merapi dari jauh. Foto di jalan menuju puncak Suroloyo, 30 Oktober 2012.


Salah satu sudut puncak Suroloyo.

Salah satu sudut puncak Suroloyo. Foto di jalan menuju puncak Suroloyo, 30 Oktober 2012.


Jalan menuju Puncak Suroloyo yang lengang.

Jalan menuju puncak Suroloyo yang lengang. Foto tanggal 30 Oktober 2012.


Sawah yang subur dan menghijau.

Sawah yang subur dan menghijau. Foto di wilayah Kalibawang, 30 Oktober 2012.


Langit biru, pegunungan hijau, dan awan putih yang lucu.

Langit biru, pegungngan hijau, dan awan putih yang lucu. Foto di wilayah Kalibawang, 30 Oktober 2012.


Pucuk - pucuk pohon kelapa.

Pucuk – pucuk pohon kelapa. Foto di wilayah Kalibawang, 30 Oktober 2012.


Begitulah suasana pagi yang terekam kamera penulis di wilayah pegunungan Menoreh yang sangat indah. Pagi yang cerah, menginspirasi semua insan di dunia untuk berkarya. Pembaca sekalian, mohon kritik dan sarannya ya…

Mau Ke Mana?

“Ke mana…ke mana…ke manaa…” Kok jadi nyanyi lagu dangdut? Sebentar, ini mau membahas rambu – rambu penunjuk jalan. Sekarang, tak usah khawatir tersesat bila kita dalam perjalanan jauh. Di setiap tempat, sudah ada papan penunjuk jalan, bahkan di tempat paling tersembunyi sekalipun. Ini sangat membantu, terutama di saat liburan, atau saat mudik lebaran yang macetnya tak tertahankan. Seperti di sudut – sudut wilayah Yogyakarta ini:

Image

Papan rambu – rambu penunjuk jalan di perempatan Kenteng, Nanggulan, Kulon Progo.

Diambil dari arah selatan. Ini bisa jadi jalan alternatif bagi mereka dari Wates yang hendak ke arah Yogyakarta. Foto tanggal 28 Mei 2012, jam 17:00

Image

Foto di jalan sekitar Goa Kiskendha, Kulon Progo. Diambil tanggal 29 Mei 2012, pukul 6:30 WIB. Jalan ini menjadi jalan alternatif bagi orang – orang Kulon Progo sebelah utara yang hendak ke Wates atau ke Purworejo.

Image

Masih di jalan sekitar Goa Kiskendha, tanggal 29 Mei 2012. Papan penunjuk arah di sekitar tempat ini cukup jelas. Jadi tidak ada kata tersesat bagi mereka yang membacanya dengan teliti. Orang – orang sekitar Samigaluh dan Girimulyo yang sering ke Purworejo, pasti sering lewat jalan ini.

Image

The way to back home. Dari arah Purworejo, jika hendak menuju ke Girimulyo atau Samigaluh, tinggal lihat papan ini saja, dan ikuti arahnya. Kalau capek, bisa cuci mata di Goa Kiskendha dulu… 🙂 :P.
 Foto tanggal 29 Mei 2012, pukul 7:45 WIB.

Image

Jalan alternatif menuju ke Sentolo dan Wates. Foto di sekitar Galur, Kulon Progo, tanggal 30 Mei 2012, pukul 7:34 WIB. Jalan ini sering juga menjadi jalur alternatif bagi orang – orang yang bertujuan ke Bandung dan Jakarta lho…

Nah, cukup jelas kan? Pokoknya tidak ada kata tersesat selama kita mau memperhatikan rambu penunjuk jalan saat kita bepergian ke mana saja. Sekali lagi, penulis benar – benar masih newbie, jadi mohon kritik dan sarannya juga ya…

Jogja di Musim Kemarau

Musim kemarau di bulan September hingga awal Oktober terasa begitu menyengat. Matahari seperti berada tepat di atas kepala. Walau di musim kemarau, Jogja tidak kehilangan keindahannya, seperti di wilayah Jogja selatan ini:

Image

Sungai Progo, dari atas Jembatan Srandakan, tanggal 4 Oktober 2012. Dasar sungai yang berlumpur dan berpasir bisa terlihat dengan jelas di beberapa tempat, seperti “pulau.”

Di perbatasan Kulon Progo dan Bantul ini, air bukan menjadi masalah di musim kemarau. Para petani masih dapat menanam tanaman apapun, bahkan menanam padi. Tapi, di musim kemarau seperti sekarang, para petani harus benar – benar memperhatikan tanamannya agar jangan sampai layu dan merana.

Image

Petani di jalan menuju pantai Trisik yang sedang bekerja di sawahnya. Kemarau yang panas tidak menyurutkan semangat bapak ini untuk terus bekerja. foto tanggal 4 Oktober 2012.

Image

Saluran air yang memberi penghidupan bagi petani di sekitar wilayah Galur, Kulon Progo. Foto tanggal 4 Oktober 2012.

Musim kemarau tahun ini yang sangat panas, membuat semua orang ingin segera menyelesaikan apa yang mereka kerjakan agar dapat segera beristirahat di rumah, menyimpan tenaga untuk menjalani hari esok yang lebih baik. Seperti teman – teman yang baru saja pulang dari sekolah ini.

Image

Mengayuh sepeda bersama – sama pulang ke rumah. Ingin segera bertemu dengan ayah, bunda, dan adik – adik tercinta, serta melepas lelah di rumah.

Begitulah suasana Jogja bagian selatan di musim kemarau. Para warga masih tampak menjalankan aktivitas sehari – hari dengan penuh semangat, tanpa keluhan sedikitpun. Bagi pembaca sekalian, ditunggu kritik dan saran, serta caci makinya, ya… 🙂

Rindu Akan Hujan

Terhitung sejak bulan Juni (atau malah Juli?), hingga September, hujan tidak turun lama sekali. Udara terasa panas, bahkan melebihi oven! (lebay dikit boleh ya). Di media – media sosial, terutama di twitter, sudah banyak yang merindukan turunnya hujan, karena di balik derasnya hujan yang turun, tersimpan banyak kenangan (kata yang nulis di twitter). Di daerah – daerah yang sebagian besar penduduknya petani, hujan menjadi hal yang sangat dinantikan, karena para petani ingin segera menyemaikan benih dan menanamnya di sawah/ladang mereka.

Segala macam ritual untuk meminta hujan pun sudah banyak dilakukan, seperti shalat Istisqa’ (bagi umat Muslim), dan upacara sesaji bagi penganut aliran kejawen. Tapi tetap saja, hujan belum mau turun. Meskipun demikian, kita jangan terus berputus asa untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhan tentu punya rencana lain dengan menunda turunnya hujan. Apa itu? Tak ada seorangpun yang tahu.

Alhamdulillah, di bulan Oktober ini hujan sudah mulai turun. walau tidak merata, dan intensitas hujan yang masih kurang. Walaupun demikian, diharapkan dengan hujan yang sudah turun ini bisa mengurangi rasa gerah yang mendera selama berbulan – bulan.

Langsung banyak yang bersorak di mana – mana saat hujan pertama. Semoga di bulan – bulan berikutnya intensitas hujan semakin bertambah, tentunya hujan yang membawa berkah, bukan hujan yang membawa musibah. Amin…

Backpacker Never Dies! (Part I: Touring Yogya – Madiun – Ponorogo PP)

Assalamu’alaikum…

Salam backpacker, salam bismania, dan salam sejahtera untuk semuanya.

Langsung saja ya, touring singkat ini berawal dari keinginan penulis untuk melepas segala penat yang ada di pikiran. Kebetuan di hari Selasa (10 Oktober 2012), penulis punya waktu yang cukup longgar untuk melepas penat, dan akhirnya, penulis merencanakan untuk pergi ke Ponorogo. Buat apa? Ya buat sekedar turing – lah! Dunia kan tidak hanya selebar daun kelor dan tidak pula hanya seluas halaman rumah atau kamar tidur kita, ya kan?

Begitu adzan Subuh berkumandang, penulis pun langsung mandi, tak lupa sarapan dan shalat Subuh, kemudian berjalan kaki menuju ke shelter Trans Jogja jalan Colombo.

Ini dia suasana di sekitar shelter jalan Colombo pagi itu.

Image

Masih sepi memang, dan shelter Trans Jogja pun belum buka. Okelah, tunggu dulu. Sebentar kemudian ada petugas yang sudah datang, langsung bayar tiga ribu rupiah untuk naik 1B ke Janti Selatan, lalu transit 3B ke Terminal Giwangan. Tepat pukul setengah enam, jalur 1B pun datang.

Suasana di dalam bus jalur 1B pagi itu

Image

Penumpang masih sepi, namun pak sopir sudah bersemangat untuk mengejar matahari, mencari rezeki bagi keluarga tercinta di rumah, dan yang paling penting, mengantar penumpang sampai tujuan. Sampai di shelter Janti Selatan, penulis pun pindah ke jalur 3B. Turun di Giwangan jam setengah tujuh pagi, dan langsung menuju parkiran bus tujuan Surabaya – Jogja. Di sana sudah disambut dua armada MIRA yang hendak ke Surabaya.

Ini dia bus yang mengantarkan penulis ke Madiun. Maaf, penulis tidak sempat memotret bodinya secara utuh.

Image

Bus ini bermesin Hino AK8 A215, dengan bodi Inspiro, produksi karoseri Tentrem, Malang. Tadinya TV menggunakan TV tabung, tapi kemudian diganti TV LCD, namun sayang tape – nya rusak. Ya sudahlah, desing turbo AK8 kan lumayan merdu dan juga bisa jadi hiburan. Kan asyik. Hahaha..

Ini dia pengemudi bus yang penulis tumpangi. Buat teman – teman yang sering naik MIRA, ada yang kenal pak/mas sopir ini? Walaupun kencang, tapi mengemudinya halus dan nyaman sekali (walaupun saat memindahkan gigi persneling agak dihentak).

Image

Bus ini seperti lazimnya bus – bus Jawa Timur lainnya, kencang. Tapi bus yang penulis tumpangi jalannya kalem – kalem saja. Tidak mendahului ataupun didahului oleh bus lain yang trayeknya sama, siapa lagi kalau bukan Selamat Group (Sumber Selamat dan Sugeng Rahayu). Dari Giwangan jam 7:15, sampai terminal Tirtonadi Solo jam 7:50. Lumayan cepat, walaupun lalu lintas pagi hari sangat padat.

Sedikit gambar di terminal Tirtonadi

Image

EKA CEPAT (Surabaya – Magelang) dan Sugeng Rahayu bumel (Surabaya – Wonogiri).

Image

Dahlia Indah tujuan Purwokerto. Maaf kurang jelas gambarnya.

Image

Sugeng Rahayu tujuan Surabaya – Jogja. Maaf hanya sebagian mukanya saja.

Keluar dari Tirtonadi, perjalanan pun dilanjutkan tepat pukul 9:30. Pak sopir mulai berani tancap gas. Di Ngawi, pak sopir pun mulai mengasapi Sugeng Rahayu Surabaya – Wonogiri yang sudah berangkat lebih dulu. Akhirnya, sampai Madiun jam 11. Di terminal, penulis turun, dan tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pak sopir dan asistennya.

Bokong seksi MIRA di Madiun.

Image

Setelah lepas dari pelukan mbak MIRA (maaf ya teman – teman MIRA mania), penulis pun langsung mencari bus tujuan Ponorogo. Di situ ada bus Cendana ¾  yang sedang parkir. Awalnya penulis berpikir untuk naik Restu atau Akas Green, tapi bus – bus besar dari arah Surabaya menuju Ponorogo biasanya hanya numpang lewat di terminal Madiun tanpa menaikkan penumpang. Ya sudahlah, naik Cendana saja.

Sedikit foto di dalam bus Cendana ¾:

Image

Di sepanjang perjalanan dari Madiun ke Ponorogo, banyak pemandangan. Tapi sayang karena udara yang panas, penulis tidak sempat mengambil gambar satu pun dari dalam bus yang penulis tumpangi. Siang itu, sudah banyak bus malam dari arah Ponorogo menuju Jakarta, seperti Kramat Djati, Rosalia Indah, Pahala Kencana, Gunung Harta, Harapan Jaya, dan Shantika.

Harapan Jaya di agen pasar Dolopo

Image

Maaf gambarnya terpotong.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, akhirnya penulis pun mendarat di terminal Seloaji Ponorogo. Langsung shalat Dzuhur begitu turun dari bus, kemudian naik bus Restu untuk kembali ke Madiun.

Ruang kemudi bus Restu

Image

Kabin penumpang bus Restu, didominasi warna hijau

Image

Seperti MIRA yang dinaiki penulis waktu berangkat dari Jogja, bus Restu juga menggunakan sasis Hino AK8 A215. Perbedaannya hanya pada bodi. MIRA menggunakan bodi Inspiro buatan karoseri Tentrem, sedangkan Restu menggunakan bodi New Marcopolo HD buatan Adiputro. Pakai TV LCD, tapi ah, sayang, lagi – lagi tape – nya rusak. Tapi beruntung penulis ada teman ngobrol yang mau pergi ke Surabaya. Lumayanlah kalau ada teman ngobrolnya.

Bus pun berangkat dari terminal Seloaji, Ponorogo. Bus ini lumayan cepat, dan tanpa terasa, sudah sampai di Madiun.

Menguntit bus Cendana ¾ saat meninggalkan terminal Seloaji, Ponorogo.

Image

Pemandangan di sekitar jalan menuju Madiun

Image

Pertigaan jalan lingkar Madiun, tempat bus biasa menaik turunkan penumpang (bukan tempat ngetem lho, soalnya bus Surabayaan haram ngetem, hahahaa, peace :))

Image

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya bus menuju Jogja pun muncul. Siapa lagi kalau bukan MIRA, hahahaa. Perlu digarisbawahi, penulis bukan fans fanatik perusahaan otobus tertentu, tapi siapa yang duluan datang, ya itulah yang dinaiki.

Bus yang membawa penulis pulang ke Jogja.

Image

Bus ini menggunakan bodi Inspiro produksi karoseri Tentrem, sama seperti yang penulis tumpangi waktu berangkat dari Jogja. Walau TV – nya masih pakai TV kotak, tapi sistem audionya masih berfungsi. Di Sragen, kenek bus menyetel mp3 lagu – lagu lama untuk menghibur penumpang selama di perjalanan. Lumayanlah.

Perjalanan dari Madiun lancar – lancar saja, tidak ada hambatan. Begitu sampai Sragen, mulai terjebak kemacetan karena bertepatan dengan jam pulang kerja karyawan – karyawan pabrik mulai dari sekitar Masaran, Sragen, Palur, hingga Kebakkramat. Alhasil, sampai Terminal Tirtonadi sekitar pukul setengah enam sore.

Pemandangan kota Solo di senja hari.

Image

Saat memotret gambar ini, kenek bus bilang, “Wah, foto – foto nih…” “Iya, pak”, jawab penulis. Setelah itu penulis mulai sedikit mengobrol, menanyakan sopir – sopir jagoan MIRA yang banyak yang sudah keluar, seperti cak Edy, mas Robby Hermawan, mas Adji Ambulance, pak Tadjuddin, cak Heri Mandra, dan cak Anshori. Ada yang sudah pindah ke perusahaan bus lain seperti pak Tadjuddin dan mas Adji, dan sisanya pak sopir kurang tahu. Oh ya, sopir dan kenek bus MIRA yang penulis tumpangi saat pulang ini ramah dan suka bercanda. Pokoknya asyik deh…

Sore itu, keluar dari Tirtonadi langsung disambut kemacetan panjang mulai dari depan Universitas Muhammadiyah Surakarta hingga pasar Kartosuro.

Image

Walaupun macet, tidak ada alasan untuk bête, karena di perjalanan pak sopir dan asistennya menyetel lagu – lagu lama, mulai dari lagunya Ratih Purwasih, alm. Broery Marantika, Dewi Yull, Obbie Messakh, bahkan Paramitha Rusady.

Lepas Kartosuro, jalan mulai agak sepi, dan pak sopir pun mulai tancap gas. Banyak penumpang yang sudah mulai turun, sampai di Jogja, hanya tersisa 4 penumpang, termasuk penulis. Penulis pun turun di shelter Trans Jogja Blok O (depan Rumah Sakit TNI Angkatan Udara). Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pak sopir dan asistennya, sambil melambaikan tangan, dan dibalas dengan klakson khas bus MIRA.

Langsung penulis masuk ke shelter, kembali ke tempat kost naik bus Trans Jogja jalur 1B. Sama seperti MIRA yang penulis naiki, pak sopir bus Trans Jogja ini juga menyetel mp3 lagu – lagu lama, yaitu lagu – lagunya Koes Plus. Lumayanlah untuk hiburan di tengah padatnya lalu lintas kota Jogja di waktu malam.

Image

Suasana lalu lintas kota Jogja yang cukup padat di malam hari.

Image

Penumpang Trans Jogja. Penuh sesak.

Image

Sampai di shelter UNY jalan Colombo, penulis pun turun. Tak lupa lagi penulis mengucapkan terima kasih kepada pak sopir dan asistennya. Touring pun berakhir.

Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:

  • Allah SWT.
  • Crew bus MIRA S 7226 US.
  • Crew bus Cendana ¾.
  • Crew bus Restu jurusan Ponorogo – Surabaya.
  • Crew bus MIRA S 7213 US (terima kasih banget ya pak… :))
  • Crew bus Trans Jogja 1B nomor 13.
  • Teman – teman yang sudah meluangkan waktu membaca report ini.

Perincian biaya:

  • MIRA Jogja – Madiun Rp 18. 000, 00 (pakai kartu langganan). Karena PP, jadinya Rp 36.000, 00.
  • Cendana Madiun – Ponorogo Rp 7.000, 00.
  • Restu panda Ponorogo – Madiun Rp 4. 000, 00.
  • Trans Jogja Rp 3. 000, 00. Pulang pergi, jadinya Rp 6. 000, 00.

Total biaya : Rp 53. 000, 00.

Terima kasih. Salam Backpacker, salam Bismania!

Yang Tersisa Dari Tour De Menoreh

Bukit Menoreh memang tak ada habisnya untuk dijelajahi. Jalan sempit membelah hutan yang penuh tikungan berliku – liku, serta tanjakan dan turunan, juga kadang – kadang jurang yang menganga adalah hal yang biasa ditemui di wilayah pegunungan. Walaupun begitu, banyak pemandangan indah yang dapat disaksikan di sepanjang perjalanan. Berikut ini foto – fotonya:

 Image

Pemandangan di Bukit Menoreh, di sepanjang jalan selepas Goa Kiskendha. Penulis kurang tahu nama wilayahnya.

 Image

Sejauh mata memandang, sejauh kamera mengabadikan. Masih di sekitar jalan selepas Goa Kiskendha.

 Image

Jalan yang menjadi lokasi pemotretan. Walaupun masih pagi, tampak sepi dan lengang.

 Image

Suasana jalan di persimpangan Madigondo, Sidoharjo, Samigaluh. Ambil kiri untuk ke Puncak Suroloyo, dan ambil lurus untuk menuju ke Kalibawang atau Muntilan. Jalan kecil yang di dekat pos ronda adalah jalan ke perkampungan warga.

 Image

Jalan menuju Puncak Suroloyo, antara dusun Nyemani dan dusun Wonogiri, desa Sidoharjo, kecamatan Samigaluh. Pas memotret, sempat dikira mau memulai lagi proyek jalan yang tertunda lama.

 

 Image

Jalan menuju ke Puncak Suroloyo, di sekitar dusun Nyemani, dusun Wonogiri, dan dusun Madigondo.

 Image

Jalan menuju ke Puncak Suroloyo, masih di sekitar dusun Madigondo. Tikungan, tanjakan dan pemandangannya luar biasa.

 Image

Salah satu sudut tikungan di jalan menuju Puncak Suroloyo yang sedikit mirip dengan lintasan reli.

 Image

Persimpangan jalan yang sudah masuk wilayah kecamatan Kalibawang. Kalau kita dari Puncak Suroloyo, ambil arah lurus jika ingin menuju ke Jogja, Muntilan, dan Magelang, arah kiri kalau mau ke Dlingseng, dan belok kanan jika kita akan ke Sendang Sono.

 

 Image

Pemandangan dari atas bukit di wilayah Kalibawang, diambil saat dalam perjalanan dari Kalibawang kembali ke Jogja.

 Image

Salah satu tikungan di jalan alternatif Kalibawang menuju Jogja dan Magelang, yang lagi – lagi mirip dengan lintasan reli.

Image 

Masih di lokasi yang sama, jalan alternatif Kalibawang, dengan sudut tikungan yang berbeda.

Inilah yang tersisa dari Tour de Menoreh yang penulis lakukan beberapa waktu yang lalu. Kondisi jalan yang menantang, dipadu pemandangan alam yang indah, serta penduduk setempat yang ramah, membuat siapa saja yang pernah berkunjung ke sana menjadi ingin berkunjung lagi dan lagi. Sampai jumpa di touring berikutnya.

Tour De Menoreh

Yogyakarta memang istimewa. Salah satu hal yang membuat Yogya istimewa adalah objek wisata yang ada di sekitarnya. Perjalanan kali ini adalah mengeksplorasi objek wisata di wilayah Kulon Progo dan sekitarnya.

Sebelumnya maaf, jika detail perjalanan tidak penulis sampaikan di catatan kali ini, karena rute perjalanan yang relatif jauh dari pusat kota Yogyakarta, informasi yang minim, serta waktu bepergian yang kurang pas dan terkesan terlalu singkat. Penulis mulai dari sini:

  1. a.    Puncak Suroloyo.

Image

Objek wisata ini terletak di Kulon Progo, tepatnya di dusun Keceme, desa Gerbosari, kecamatan Samigaluh. Jika cuaca cerah, pengunjung dapat melihat gunung Merapi dan Merbabu di arah timur laut dan gunung Sumbing serta gunung Sindoro di arah barat laut.

Image

Salah satu pemandangan yang dapat disaksikan di Puncak Suroloyo. Tampak gunung Merbabu dan Merapi dari kejauhan, di sela – sela awan putih.

Image

Gunung Sumbing, dilihat dari Puncak Suroloyo.

  1. b.   Goa Kiskendha

Objek wisata ini masih terletak di Kulon Progo, tapi penulis tidak ingat nama desa dan kecamatannya. Sesuai namanya, ini adalah objek wisata yang berupa goa. Selain sebagai objek wisata, tempat ini pun juga dipakai sebagai tempat perkemahan.

Image

Pintu masuk Goa Kiskendha yang masih dikunci rapat. Masih sepi karena masih pagi sekali (dan penulis ke sana pas bukan hari libur).

Image

Relief yang menceritakan legenda Goa Kiskendha. Ceritanya bagaimana, penulis kurang tahu.

Untuk informasi tentang Goa Kiskendha ini, penulis belum begitu mengerti secara detail, karena penulis ke sana pada saat bukan musim liburan sekolah dan waktunya masih sangat pagi (niatnya mau memotret matahari terbit di bukit Menoreh).

  1. c.    Bendungan Ancol

Bendungan ini terletak di dusun Ancol, kecamatan Kalibawang. Menurut sejarah, Bendungan Ancol ini dibangun di masa pendudukan Jepang atas prakarsa Sri Sultan Hamengkubuwono IX, agar warga Yogyakarta tidak diperas tenaganya oleh Jepang sebagai romusha (kalau salah, mohon koreksinya ya, pembaca sekalian). Sampai sekarang, Bendungan Ancol masih berfungsi untuk mengairi sawah yang ada di sekitarnya, dan bisa menjadi objek wisata alternatif untuk melepas penat.

Image

Salah satu sudut Bendungan Ancol, Kalibawang.

Image

Aliran Bendungan Ancol yang selalu memberi kehidupan bagi sawah – sawah di sekitarnya hingga saat ini.

Image

Watersplash di Bendungan Ancol.

Image

Selokan yang menjadi salah satu bagian dari Bendungan Ancol (mungkin ini bagian dari aliran Selokan Mataram, mohon koreksinya kalau salah).

Demikian tadi beberapa tempat yang menarik, yang bisa menjadi objek wisata alternatif jika berkunjung ke Yogyakarta, khususnya ke wilayah Kulon Progo. Banyak sekali kekurangan yang ada dalam tulisan ini, karena waktu berkunjung yang relatif singkat, sehingga informasi tentang objek wisata yang diperoleh juga sangat minim. Jika ada kesalahan, mohon koreksinya dari pembaca sekalian, ya…

 

Selamat Pagi, Dunia

Indahnya wilayah – wilayah sekitar Jogja di kala pagi sungguh sangat disayangkan kalau dilewatkan begitu saja. Bagi orang lain mungkin suasana pagi terasa biasa – biasa saja, namun sebenarnya pagi yang cerah tidak dapat dilewatkan begitu saja, apalagi bila kita berada di wilayah pedesaan atau pegunungan. Berikut ini gambar – gambar suasana pagi di sekitar Jogja.

 

 Image

Mentari menyapa dunia dengan kehangatan sinarnya.

Diambil di sekitar Goa Kiskendha, Kulon Progo, 29 Mei 2012, pukul 6:10 WIB.

 

 Image

Menyambut pagi bersama, meraih cita – cita di cakrawala.

Diambil di sekitar Goa Kiskendha, Kulon Progo, 29 Mei 2012, pukul 6:20 WIB.

 

 Image

Pagi yang cerah, senyum di bibir merah.

Menuruni bukit dan lembah, menuju ke sekolah.

Diambil di sekitar Samigaluh, Kulon Progo, 8 Mei 2012, pukul 6:45 WIB.

 

 Image

Lembayung sutra di ufuk timur mulai menyapa dunia.

Diambil di Jembatan Srandakan, 30 Mei 2012, pukul 6:10 WIB.

 

 Image

Mentari mengucapkan selamat pagi kepada dunia.

Diambil di Jembatan Srandakan, 30 Mei 2012, pukul 6:15 WIB.

                                                 

 Image

Bergerak mengejar matahari.

Orang – orang yang lewat di sekitar Jembatan Srandakan.

Diambil tanggal 30 Mei 2012, pukul 6:30 WIB.

 

 Image

Bercengkerama menikmati indahnya pagi, sambil melepas lelah setelah bersepeda.

Diambil di sekitar Brosot, Kulon Progo, 30 Mei 2012, pukul 6:35 WIB.

 

 Image

Penjual ayam yang lewat, kelihatannya baru pulang dari pasar.

Diambil di sekitar Brosot, Kulon Progo, 30 Mei 2012, pukul 6:40 WIB.

 

Itulah tadi gambaran pagi hari di sekitar wilayah Jogja. Mentari nan hangat menyapa dunia yang disambut dengan sangat antusias oleh warga di sekitar Jogja, sebagai sahabat selama mengarungi hidup di dunia. Bila ada yang kurang berkenan mohon koreksinya dari pembaca sekalian, ya…